
Welcome back to the next edition of our special theme of Beauty Diary, girls! We hope you are doing well during this quarantine, ya. Juga, pada bulan Ramadhan ini, Kay ingin mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa, semoga semuanya dilancarkan sampai Idul Fitri lagi. Stay safe, everyone! :)
This time, #KayTalk ajak our next favorite beauty enthusiast, yaitu Ni Putu Chandra. Oleh karena berbagai konten bertema kecantikan pada Instagram gadis yang akrab disapa Tutu ini, Kay tertarik banget untuk diceritakan tentang kisah awal mulanya mengenal makeup hingga hari ini. Gimana nggak, kalau makeup yang dia tonjolkan ini bikin mata kita nggak bisa berpaling dari setiap detail indahnya? *double heart-eyes emoji*
Nah, pada beberapa waktu lalu, Tutu akhirnya dengan senang hati ceritain ke Kay tentang prosesnya dalam mengenal makeup, yang ternyata punya pesan-pesan menarik di baliknya. Now, Tutu yang tadinya cuma bisa kita lihat di Instagram mau bagi-bagi kisah ke kalian nih, biar makin dekat dan siapa tau, dari beberapa cerita Tutu ini ada yang relate ke kamu, girls!
Mulai discovering makeup pada usia berapa?
Seperti sebagian besar dari kita, waktu kecil Tutu juga pernah bereksperimen dengan lipstick ibunya sampai rusak loh, girls. Hehe… hayo, yang pernah coba angkat tangan! Tapi usia di mana Tutu benar-benar sadar bahwa ia into makeup, ketika dia berusia 18–19 tahun, saat mulai discovering pengaplikaisan eyebrow pencil.
“Belajar bikin alis sendiri, ya, walaupun dari cuma segaris doang,” tuturnya. Hmm… Kay setuju deh dengan Tutu, belajar alis memang cenderung diawali dengan bentuknya yang nggak simetris dulu, until you do it more often and get it all perfecto!
Produk makeup apa yang paling pertama kamu gunakan waktu itu?
Seperti yang Tutu ceritakan di atas, dia pernah nggak sengaja merusak lipstick ibunya, which marked as the first makeup item yang dia pernah gunakan. Tapi menurutnya, yang menjadi titik awal hingga akhirnya ia jadi benar-benar suka makeup adalah pensil alis tadi, dan eyeliner.
Tutu suka banget dengan eyeliner saat itu karena lihat beberapa orang seniornya yang menggunakannya dengan baik. Lagi-lagi, pengaplikasian eyeliner olehnya saat itu juga harus melalui proses belajar, meski awalnya nggak simetris. “Akhirnya aku rutin pakai eyeliner ke kampus selama setahun,” ujarnya.
Nggak auto-bisa, Tutu awalnya sempat yang nggak pede pakai pensil alis ke luar rumah, sampai pada suatu titik di mana dia berpikir bahwa it’s part of the process, sampai kapan nggak berani kalau nggak dicoba? “Terserahlah, mau orang ngeliatin aku aneh atau apalah, yang penting aku belajar.”